Novel Solo Levelling Chapter 140 Bahasa Indonesia
SOLO LEVELLING 140
Masalah sepele itu telah teratasi. Jin Woo berjalan ke depan
Gate bersamaan dengan para anggota Guild Knight.
Tapi sebelum mereka masuk...
“Tunggu sebentar.”
Ketua Park Jong Soo dan Wakil Jong Yoon Tae memeriksa
perlengkapan mereka dan memastikan kondisi para anggota Tim Raid ini sekali
lagi.
Mungkin karena mereka sedang berdiri di depan Gate, suasana ribut tadi berubah menjadi keheningan
yang terasa berat.
‘... .‘
Jin Woo mulai menyukai suasana tegang ini tepat sebelum
memasuki Gate. Hatinya terasa sangat tenang.
Ketenangan yang tidak dia rasakan saat dulu menghindari
panggilan berkala dari Asosiasi Hunter .
“Hyung-nim, semuanya beres.”
“Bagus kalau begitu.”
Park Jong Soo menangguk dan berjalan mendekati Jin Woo,
selangkah lebih jauh dari seluruh Tim Raid. Jin Woo kemudian mengalihkan
pandangannya pada Park Jong Soo.
“Tuan Hunter?”
“Ya?”
Jin Woo menurunkan tangannya dan menatap Park Jong Soo, dan
Park Jong Soo langsung membungkuk.
“Mohon bantuannya.”
Meski singkat, namun kata-kata itu mewakili perasaan dan
kekhawatiran Park Jong Soo. Jin Woo pun menjawabnya.
“Sama-sama.”
Park Jong Soo dan Jong Yoon Tae memasuki gerbang terlebih
dahulu, dan sisa Hunter lainnya mengikuti di belakang mereka. Dan setelah mengkonfirmasi
bahwa seluruh Hunter sudah masuk, Jin Woo yang masih berdiri di luar Gate,
perlahan masuk ke Gate itu juga.
*Kawagane.blogspot.com*
[Anda telah memasuki Dungeon]
Seperti biasanya, pesan System yang tidak bisa dilihat oleh
orang lain, menyambut Jin Woo. Tapi
kemudian...
‘Hm?’
Jin Woo bingung.
Dia menerima salam dari Dungeon yang ukuran lorongnya cukup
besar untuk dilewati seekor Raksasa.
Dia belum pernah memasuki Dungeon level tinggi,
tapi cukup beruntung untuk memasuki yang sebesar ini. Karena itu dia
bingung dengan ukuran Dungeon ini. Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan
perasaan aneh yang dia dapat dari Dungeon ini.
‘Apa ini?’
Untuk beberapa alasan, dia merasa sangat tidak nyaman berada
di dalam Dungeon ini.
Dia sudah berkali-kali merasakan hawa tidak enak yang ada di
Dungeon, tapi ini baru pertama kalinya dia merasa seperti ini.
Meski begitu...
“Itu seekor Raksasa!”
Berbeda dengan firasat Jin Woo, Tim Penyerangan justru
langsung menghadapi masalah besar sejak baru memasuki Dungeon ini.
“Itu adalah Raksasa Berkepala Dua!!”
“Semuanya, berhati-hatilah!!”
Seekor Monster yang biasanya menjadi Boss di Dungeon level
tinggi, tengah berdiri di depan pintu masuk. Matanya merah menyala menatap para
Hunter.
“Grrrrooooaaaaaaarrrrr!!!”
Seekor Raksasa Berkepala Dua memiliki ukuran yang dua kali
lebih besar dari Raksasa biasa. Tapi sulit sekali untuk mengukur seberapa besar
kekuatan makhluk ini.
Tim Hunter biasa dari Guild lainnya mungkin akan langsung ketakutan dan
berusaha kabur jika menghadapi makhluk ini, tapi...
“Ayooooo!!!”
... . Beda ceritanya kalau Hunter Elit dari Guild Knight yang
melakukannya.
Park Jong Soo yang merupakan Tanker, mulai mengangkat
perisainya dan bergegas mendekati Raksasa itu.
Sadar bahwa manusia mendekatinya, monster itu mengangkat Gada
yang seukuran dengan kedua kepalanya dan kelihatannya terbuat dari pohon yang dicabut dari
tanah .
SLAM!!!
Kekuatan serangannya mengguncang tanah di dungeon itu.
Meski begitu, Park Jong Soo mengaktifkan skill-nya untuk
memperbesar massa ototnya dan menahan serangan kuat dari Raksasa Berkepala Dua itu,
“Hyung-nim!”
“Aku baik-baik saja!”
“Kalau begitu, aku juga maju!”
Sang Tanker cadangan, Jong Yoon Tae, berdiri di samping Park
Jong Soo.
Park Jong Soo yang berhasil menarik perhatian Raksasa itu
segera berteriak dengan keras hingga
urat di lehernya menegang.
“Seraaaaang!!”
Dengan itu, dimulailah serangan balik dari Guild Knight.
Panah, Mantra Sihir, Pedang, dan Tombak menghujani Raksasa Berkepala Dua
tersebut.
"Krrroooaaaarrr!!!"
Raksasa Berkepala Dua itu merasa terganggu dan mengamuk.
Meski begitu, Park Jong Soo tidak membiarkan Monster itu beralih darinya.
Sementara itu, Jong Yoon Tae segera berlari dan terus
melindungi Hunter lain yang diincar Raksasa itu.
GEDEBUG
Jong Yoon Tae baru saja menahan tendangan Raksasa itu dan terdorong
mundur hingga kedua kakinya membentuk dua garis panjang di tanah. Dan berkat
dia, para Hunter lainnya tidak terluka sama sekali.
“K-kroaar, keu-uh-uhrk!”
Tubuh Raksasa itu perlahan terluka karena serangan gabungan
para Hunter. Benar-benar kerja sama yang hebat!
Dengan melihat ini, Jin Woo mulai mengerti kenapa Guild
Knight menjadi Guild terbaik di Distrik Yeongnam untuk waktu yang lama.
“Gheo-uh-urk!”
Akhirnya, Raksasa itu jatuh ke belakang, dan busa memenuhi
mulut Monster itu.
GEDEBUG
Monster kuat itu kalah tanpa melukai satu orang pun. Dengan
kata lain, ini keberhasilan sempurna.
“Kita berhasil!”
Sang Pemimpin, Park Jong Soo, mengepalkan kedua tangannya.
Apakah karena ada Song Jin Woo? Tidak hanya Park Jong Soo,
namun seluruh rekan satu Timnya juga merasa lebih bersemangat daripada
biasanya.
Bagaimana pendapat Jin Woo tentang kekuatan mereka?
‘Aku akan sangat gembira bila dia terharu melihat kerjasama
kami dan memutuskan untuk bergabung dengan Guild ini…’
Park Jong Soo dan Jin Woo saling bertatapan.
Karena merasa isi hatinya tersampaikan, Park Jong Soo
menjadi agak malu dan memikirkan tindakannya berikutnya sebelum mendekati Jin
Woo dengan senyum hangat.
“Kami akan berhenti sebentar di sini untuk memeriksa
perlengkapan kami sebelum melanjutkan Raid.”
“Ah, baiklah. Silahkan.”
Jin Woo mengangguk.
Dibandingkan dengan dirinya sendiri yang hanyu perlu meminum
Potion untuk memulihkan Energi Sihir dan Staminanya, para Hunter itu memaksakan
batas Energi Sihir dan Stamina mereka hingga kelelahan. Mereka harus beristirahat meski hanya bertarung sebentar melawan Monster kuat tersebut.
Park Jong Soo tengah berdiri di samping Jin Woo. Dia menatap
bangkai Raksasa itu dan bicara dengan wajah canggung.
“Ini gawat.”
“…?”
Jin Woo mengalihkan pandangannya Pada Park Jong Soo, yang
kemudian melanjutkan.
“Sayangnya, Raid ini sepertinya tidak akan berjalan dengan
mudah. Lihat saja, kita malah menghadapi Raksasa Berkepala Dua sejak awal.”
Dia menggosok dagunya sebelum mengalihkan pandangannya dan
tersenyum pada Jin Woo.
“Apa kau tau nama lain dari seekor Raksasa Berkepala Dua?”
Jin Woo menggelengkan kepalanya, dan Park Jong Soo langsung
menjawab.
“Sang Penjaga Makam.”
Apakah Monster itu diberi nama seperti itu karena telah membunuh
banyak orang? Penjelasan Park Jong Soo terlalu jauh dari perkiraan Jin Woo.
“Masalahnya…”
Park Jong Soo menatap lebih dalam ke Interior Gua itu. Di matanya,
sebuah aura jahat terus keluar dari sisi lain Gua yang gelap itu.
“… tidak ada yang aneh jika Monster ini menjadi Boss sebuah Dungeon,
tapi jika Monster ini sudah kita hadapi sejak awal, maka Dungeon ini…”
Park Jong Soo terdengar khawatir setelah menyelesaikan
kalimatnya.
“… dipenuhi oleh Monster Undead.” (Monster Mayat Hidup)
*Kawagane.blogspot.com*
Asosiasi Hunter menerima panggilan darurat. Dan panggilan
itu berasal dari seorang gadis remaja.
-
“Ap-apakah
ini Asosiasi Hunter?”
“Iya, benar. Ada yang bisa kami bantu?”
-
“Saya sedang bersembunyi, tadinya, saya bersama
teman saya, tapi teman saya, HIKS, saya di dalam kamar mandi.”
Tangis itu membuat perkataannya terpotong dan kesulitan berbicara.
Meski begitu, Pegawai Call Center itu sudah cukup berpengalaman untuk memahami
kata-kata gagap yang berusaha diucapkan gadis itu
Dan pesan darurat itu langsung terkirim ke Gedung Utama
Asosiasi.
[Monster muncul di Sekolah setempat, satu korban dikonfirmasi,
pelapor sedang bersembunyi]
Apakah itu artinya Kebocoran Dungeon terjadi di dalam sebuah
sekolah? Pegawai ini gemetar ketakutan karena bayangan mengerikan yang muncul
di benaknya dan ia berusaha keras untuk menjaga murid ini tetap hidup.
“Ada berapa banyak Monster di sana? Apa monster-monster itu
berada di dekat anda?”
-
“Tidak tau, sungguh. Ah, Ah! Ada yang menjerit, HIKS,
HIKS.
Saya mendengar banyak teriakan. Ap-apakah saya, HIKS, apakah saya akan
mati?”
“Harap tenang dan dengarkan Saya.”
Dari pengalamannya, Pegawai ini
tau betul tentang seberapa lemah kaki seseorang saat menghadapi situasi yang
mengancam nyawanya seperti itu. Dia tau betul kalau dia harus tenang dan menguasai
dirinya sendiri saat menjawab telepon itu.
Dia harus menenangkan si
penelepon sebisa mungkin lalu mengusulkan sebuah rencana yang tepat untuk
keadaan tersebut. Begitulah tugasnya.
“Sekarang, Hunter dari Asosiasi
sedang menuju ke tempat anda. Para Hunter ini akan menyelamatkan kalian. Karena
itu, anda harus tetap tenang, Anda mengerti?”
-
“Benarkah? Ka-kalau begitu, HIKS, apa saya, apa saya
bisa selamat?”
Nada panik dari penelepon itu
perlahan mulai menghilang, pertanda bagus.
Pegawai itu merasa berhasil
menenangkan siswi tersebut, dan lalu menanyakan hal penting yang akan
menentukan keselamatan gadis itu.
“Apakah anda… tau mereka itu
monster jenis apa?”
-
“Ya, ya. Saya tau. Saya tau. Saya pernah melihat
mereka. Di TV.”
“Monster jenis apa mereka itu?”
Jika Monster itu memiliki indra
yang lemah dan hanya mengejar Manusia yang mereka lihat, maka bersembunyi di
kamar mandi adalah keputusan yang tepat untuk sekarang. Pegawai itu malah berharap
Monster sejenis itu yang menyerang sekolah tersebut.
-
“Mereka… tubuh mereka seperti manusia, tapi, HIKS,
wajah mereka sangat jelek. Ah, dan kulit mereka berwarna hijau.”
‘Tidak mungkin!?’
Mata pegawai itu melebar.
“Orc… Apa mereka Orc?”
-
“Ya, sepertinya mereka Orc.”
‘T-tidak, Tidak mungkin!!’
Pegawai itu melonjak dari
kursinya sebelum dia menyadarinya sambil menangis.
“Anda harus lari dari sana
sekarang juga! Cepat! Para Orc bisa…”
Lalu.
Meski dia berdoa dengan tulus
tadi, dia bisa mendengar suara dari pintu kamar mandi yang didobrak, diikuti
oleh jeritan sayu.
-
“Kyaaaaahk!”
*Kawagane.blogspot.com*
Raid oleh Guild Knight berjalan
dengan lancer.
Faktanya, para Hunter merasa aneh karena Raid ini terasa terlalu mudah.
Contohnya, mereka bertemu seekor
monster, tapi…
“Kuwaaaahk!”
Makhluk menjijikkan yang
berukuran sebesar rumah berusaha kabur dari Tim Penyerangan. Dan malah terperangkap
oleh sihir penahan yang dilancarkan oleh Hunter bertipe Mage, dan
akhirnya, berakhir menyedihkan.
Dan ketika hal yang sama terus
terjadi berulang kali, para Hunter itu perlahan mulai merasa kebingungan.
“Bukankah ini aneh?”
“Kenapa Monster-monster ini
kabur saat melihat kita?”
“Bukankah sepertinya mereka
sedang dikejar oleh sesuatu?”
Makhluk-makhluk Undead, seperti
Vampir, Lich*, Cacing yang mengerikan, Ghoul Merah, dan lain-lain… terus
bermunculan dari Dungeon ini.
*Bentuk Lich
Undead adalah makhluk yang
susah untuk dihadapi.
Tidak hanya sulit untuk dibunuh,
bahkan meski mereka berhasil dibunuh, para Hunter tidak boleh lengah
sedikitpun. Karena tidak ada yang tau kapan Monster itu akan berregenerasi atau
bangkit dan menyerang lagi.
Tapi bagaimanapun juga, para
Monster ini entah kenapa tidak terlalu menunjukkan kehebatan mereka dan terus
terbantai oleh Tim Penyerangan.
‘Sepertinya mereka terlalu
ketakutan dan bahkan tidak ingin melawan kita…’
Begitulah pemikiran Park Jong
Soo setelah mengamati tingkah aneh para Monster. Dia bahkan
berpikiran bahwa Song Jin Woo tidak perlu ikut jika Raid-nya semudah ini.
‘Sungguh. Tak ada yang tau apa
yang akan terjadi di sebuah Dungeon.’
Siapa yang membayangkan bahwa
mereka akan menyelesaikan Dungeon Rank A peringkat tinggi semudah ini?
‘Meski begitu…’
Mampu menyelesaikan sebuah Raid
tanpa ada yang terluka memang hal bagus. Mungkin mereka mengalami kerugian,
tapi jika hasilnya bagus, itu cukup melegakan.
Sebaliknya, Jin Woo merasa
kecewa.
‘Disinilah aku, kegirangan
karena seharusnya ini Dungeon Rank A tersulit yang pernah ada…’
Kekuatan sihir yang mengerikan masih
terus mengalir dari dalam Dungeon ini, akankah dia mampu mendapat poin EXP jika
keadaannya terus begini?
Karena serangan yang bersemangat
dari para anggota Guild Knight, dia sama sekali tidak mendapatkan kesempatan
untuk bertarung.
‘… . . . .’
Jin Woo menghela nafas. Tapi tiba-tiba
dia menghentikan langkahnya.
‘Huh?’
Saat Jin Woo menengok ke
belakang, Healer Jong Yae Rim juga berhenti.
“Ada apa, Tuan Hunter? Apa ada
yang mengikuti kita?”
Jin Woo tidak menjawab
pertanyaan itu. Faktanya, Jantung Jin Woo berdebar sangat kencang hingga dia
tidak mendengar pertanyaan itu.
‘Mungkinkah?’
Kedua mata Jin Woo mulai
bergetar begitu ia menatap sisi luar Dungeon ini. Pada saat itu juga, Jong Yae
Rim juga menyadari ada sesuatu yang salah.
“Tuan Hunter?”
Lalu.
Ekspresi Jin Woo membatu.
*Kawagane.blogspot.com*
“Uwaaaahk!”
“Kyaaaaahk!”
Jeritan-jeritan memilukan terus
terdengar di seluruh sudut sekolah.”
Kurang dari separuh murid berhasil kabur dari sekolah itu hidup-hidup. Sementara sisanya, entah mereka
sudah menjadi mayat, atau sibuk berlarian di dalam sekolah dan berusaha menghindari
para Orc. Sayangnya, perlawanan sia-sia mereka hanya memberi mereka sedikit
waktu saja.
Perburuan oleh para Orc yang dimulai
dari lantai paling bawah berlanjut ke lantai yang lebih tinggi dan membuat
seluruh korban mereka mati mengenaskan.
“Uwaaahk!”
Para murid yang gagal melarikan
diri dan terjebak di kelas mereka hanya bisa menutup telinga mereka saat
teriakan terus terdengar dari lantai di bawah mereka.
Ruangan murid kelas tiga berada
di lantai atas bangunan Sekolah itu. Jin Ah adalah salah satu dari siswa-siswi
yang tidak dapat melarikan diri tepat waktu. Pintu ruang kelasnya ditutup asal-asalan
menggunakan sampah karena hanya itu yang bisa mereka gunakan untuk melindungi
diri mereka dari Gerombolan Orc itu.
“Ah…”
“…..Bangs*t.”
Dengan tangan yang gemetara, para murid laki-laki mengambil
Kursi dan tongkat pel atau apapun yang bisa mereka gunakan sebagai senjata. Tapi tak satu pun dari mereka yang menguatkan
murid-murid yang ketakutan.
Tidak, mereka hanya bisa
menunggu dan berharap dengan sangat agar para Hunter datang sebelum para Orc
itu masuk ke kelas mereka.
BRUAKK
Pintu kelas yang bengkok itu
terlempar.
“Uwaaaahk!”
“Kyaaaahk!”
Begitu jeritan dari murid yang
ketakutan bergema, dua Orc yang berlumuran darah dari korban-korban mereka
masuk ke ruang kelas itu.
“U-uwaaaahk!”
Seorang murid laki-laki melempar
tongkat pel yang ia gunakan sebagai senjata dan berlari ke pintu belakang.
Meski begitu, Orc lain sedang menunggu
di sana lalu memukul dahi murid yang berusaha kabur tersebut dengan Kapak.
Murid itu jatuh tak berdaya,
matanya memutih. (Mati)
“Kyaaahk!”
“Uwaaaak!!”
Kedua pintu masuk ke kelas itu
kini telah dihadang oleh para Orc.
Murid yang tersisa menjerit
dengan keras dan berkerumun ke jendela, tapi mereka semua tau bahwa kemungkinan
besar hasilnya akan sama saja entah itu melompat dari jendela lantai 6 sebuah
gedung atau tertangkap oleh para Orc.
‘Oppa, oppa!!’
Menyadari dirinya terjebak di
antara para murid yang berusaha kabur ke pojok kelas untuk menghindari para
Orc, Jin Ah menutup matanya dengan rapat dan memanggil Jin Woo.
Kakaknya adalah seorang Hunter Rank S.
Jika dia memanggilnya, rasanya kakaknya akan langsung datang kemari. Hanya itu
yang dia harapkan.
“Kururuk.”
“Ku-euk?”
Para Orc berhenti berjalan setelah mereka
mengelilingi para murid itu dari segala sisi. Mereka mulai bicara satu sama
lain menggunakan Bahasa mereka.
“Bos, ada seorang manusia dengan
Energi Sihir,”
“Bunuh dia lebih dulu.”
Tidak seperti manusia normal,
orang-orang yang tau cara menggunakan kekuatan sihir merupakan musuh yang
berbahaya. Karena itu, para Orc ini harus mengatasi ancaman seperti itu
terlebih dahulu.
Para Orc, yang telah menerima
perintah dari Bos mereka, mulai mencari-cari di antara para murid sebelum akhirnya
menemukan keberadaan Jin Ah.
“Ah!”
Orc itu menarik pergelangan
tangan Jin Ah dan menyeretnya keluar ke tengah ruang kelas.
“Perempuan inikah orangnya?”
“Benar, Bos.”
Bawahannya benar. Meski lemah,
mereka bisa merasakan energy sihir dari gadis ini. Entah itu dari kemampuannya
atau senjata yang dia miliki, tapi itu tidak merubah fakta bahwa dia harus
disingkirkan terlebih dahulu dibandingkan yang lain.
Sang Bos mengangkat Kapaknya.
“Ah, AAAAAH..!!!”
Jin Ah melihat kapak itu
terangkat dan langsung menutup matanya rapat-rapat.
“Kuruk.”
Sang Bos menyentakkan hidungnya
dan mengayunkan kapaknya turun.
SWIIIISH-!
‘Oppa!’
Lalu.
Sebuah asap hitam meledak keluar
dari bayangan Jin Ah dan berubah ke bentuk aslinya.
Alis dari Bos Orc itu terangkat
karena terkejut.
Karena dia baru menyadari bahwa
seekor High Orc yang mengenakan Armor Hitam tiba-tiba muncul entah darimana dan
menarik pergelangan tangannya.
“Kuruk?”
Sebelum Orc yang kebingungan itu
mengatakan sesuatu…
Sang High Orc memukul kepala Orc
itu hingga pecah seperti sebuah semangka yang meledak.
(High Orc ini adalah Salah Satu bayangan Jin Woo.)
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar